Rabu, 01 Agustus 2012

Tourette's: Antara Mayday dan May Day

Moderate rock
May day, every day, my day
Could've had a heart attack, my heart
We don't know anything, my heart
We all want something fair, my heartCold heart(7x)
 

Hey(5x)
Out of town, out of sight, is my heart
Queen of lies, today, my heart
One more on the phone, my heart
One more at the door of my heartMean heart





Lagu ini menjadi salah satu lagu dari album In Utero yang menjadi favorit saya. Nirvana mengemas lagu berdurasi 92 detik ini dengan balutan sound gitar yang berat, ketukan drum yang konstan, dan jeritan parau bernada kemarahan Kurt Cobain. Saya belum pernah mendengar Kurt semarah ini. Sepintas kita akan dengan mudah menerka-nerka lagu yang mengguncang adrenaline ini membawa aura kegelisahan Kurt yang selalu diidentikkan dengan kecenderungan depresifnya. Walaupun dalam sebuah sesi wawancara Kurt pernah berujar "It was a track for fun. We just called it tourette's for the screaming and pure energy we put into it," namun saya tidak lantas percaya begitu saja. Kurt yang saya kenal, yang menulis hampir seluruh lirik lagu Nirvana, adalah seorang yang filosofis. Sebagai penulis puisi, Kurt menyampaikan apa yang dirasakan dalam kehidupannya kedalam sebuah lagu dalam susunan kata-kata yang tersirat namun padat akan makna

Secara definisi tourette atau sindrom tourette merupakan penyakit yang menunjukkan adanya masalah dengan saraf seseorang. Seringkali keadaan ini disebut dengan distonia, yaitu kelainan gerakan dimana kontraksi otot yang terus menerus menyebabkan gerakan berputar dan berulang atau menyebabkan sikap tubuh yang abnormal. Sindrom ini dicirikan dengan aksi yang tidak disadari, menyebabkan spontanitas terjadinya reflek gerakan atau munculnya suara-suara pada si penderita tanpa diinginkan. Walau di ranah hiburan komedi Indonesia hal ini bisa membawa berkah kepopuleran, pada umumnya si penderita akan mendapat sanksi sosial berupa pengucilan dan penolakan dari pergaulan. Lingkungan sosial yang berpegang pada moralitas masyarakat, yang menjadi juri baik buruknya sebuah kondisi yang terjadi, akan menilai penderita sindrom tourette sebagai sosok yang “aneh.” Saya teringat seorang teman masa sekolah dulu, yang kemungkinan menderita tourette karena kerap kali latah, menjadi bahan olok-olok teman-teman yang lain. Sebagai bahan refleksi, saya merekomendasikan kepada anda untuk menyimak sebuah film berjudul Front Class, yang mengisahkan perjuangan seorang pengidap sindrom ini dalam dua hal sekaligus, yaitu memahami penolakan pergaulannya dalam masyarakat dan semangatnya dalam memerangi ketidakpercayadiriannya akibat penyakit itu sendiri.

Lagu ini dibuka dengan kalimat “moderate rock.” atau terjemahan bebasnya, rock yang sekedarnya. Setelah intro gitar yang diikuti drum, Kurt melanjutkan dengan kalimat “may day, every day, my day.” Awalnya saya sempat terjebak dengan kata mayday dan may day. Dari beberapa kamus yang saya jadikan referensi, kata mayday bermakna tanda bahaya standar internasional yang digunakan dalam komunikasi radio yang berasal dari bahasa Perancis m'aidez yang berarti "tolong aku.” Selama kita berpegang pada pendapat bahwa Kurt adalah seorang yang depresif, maka makna ini pasti akan lansung kita gunakan karena seolah Kurt membutuhkan pertolongan dengan berujar “Save Our Soul.” Kurt memainkan teka-teki dengan memberi spasi antara kata may dan day, yang dalam istilah beberapa kamus bermakna peringatan dan perayaan hari buruh internasional. Mari kita simak kembali liriknya, “may day, every day, my day.” Dalam beberapa ide literasi yang pernah saya baca, kaum anarkis percaya pada perlawanan personal hidup harian. Hal ini merupakan kritik terhadap ide-ide revolusi kaum Leninis yang lebih menekankan estimasi massa, “seberapa besar jumlah massa yang kalian punya,” dalam melakukan sebuah insureksi. May day atau peringatan hari buruh melahirkan sebuah ironi, tatkala kaum pekerja hanya merayakannya satu tahun sekali di masa jeda itu, dan setelahnya kembali dalam penghisapan tiada akhir.

Mari simak baris kalimat ini; “we don’t know anything, my heart.” Bila seorang anarkis yang menulis ini, kemungkinan bisa diartikan bahwa ketidaktahuan yang disebabkan skenario pembodohan oleh strata teratas dunia industri terhadap pekerjanya menyebabkan sebuah kebutaan yang mendarah daging. “We all want something fair, my heart.” Menandakan gejolak yang mulai dirasakan dalam kesenjangan klas itu sendiri, yang oleh beberapa elemen kiri diaspirasikan melalui perayaan may day tahunan.

Kurt mencoba menguatkan lirik dengan nada mengingatkan “hey, hey, hey.” Kalimat terakhir “one more at the door of my heart,” seolah menyiratkan masih adanya harapan yang bisa diraih dari sebuah mimpi dengan kemantapan hati “mean heart, cold heart.”

Saya belum pernah mendengar Kurt Cobain ataupun personil lain dari Nirvana yang pernah menyatakan diri mereka sebagai bagian dari kaum anarkis, aktivis buruh, anggota parpol atau Lembaga Swadaya Masyarakat., walaupun pada faktanya mereka aktif memerangi isu homofobik, rasisme dan fasisme. Entahlah, begitu banyak teka-teki yang mereka wariskan yang memicu munculnya pendapat-pendapat sejenis tulisan ini yang tentulah bisa saja melahirkan polemik di lingkar penggemar Nirvana ataupun pengamat dunia musik. Siapapun bebas berpendapat seperti halnya saya, Badaii Al-Fatan, orang yang mengklaim dirinya sebagai penggemar Nirvana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar