Rabu, 01 Agustus 2012

Smiley Face, Merajut Dunia Dalam Senyum dan Perseteruan


Sejak awal didesain entah berantah awal 1960an dan mulai dikenal tahun 70an hingga sekarang, ikon Smiley berkembang bagai virus yang menyebar sporadis. Ia hampir bisa ditemukan dimanapun. Pada saat yang hampir bersamaan dengan awal dikenalnya logo ini, seorang seniman grafis bernama Harvey Ball merancang logo Smiley secara komersial sebagai lambang yang digunakan oleh sebuah perusahaan asuransi di Worcester, Massachusetts. Logo berwarna kuning cerah dengan dua mata hitam berupa titik dan senyum terkembang ini dirasa mampu mewakili figur keramahan. Perusahaan menggunakannya sebagai kampanye persahabatan antara karyawannya dengan masyarakat sekitar, dalam meredam isu-isu seputar perusahaan.

Harvey menyelesaikan desain itu dalam waktu sepuluh menit dan mendapat imbalan sebesar 45 dollar Amerika. Seorang desainer asal Seattle, David Stern, bereaksi terlambat. Klaim kepengarangan yang dikemukannya didahului oleh perusahaan yang telah mempatenkan hak cipta atas Smiley Face. Diluar konflik itu, pada bulan September 1970, dua bersaudara dari Philadelphia, Bernard dan Murray Spain muncul dengan desain yang sama dengan menambahkan kalimat "Have a Nice Day" sebagai pelengkap gambar untuk perusahaan mereka.

Entah bagaimana ia bermula, logo Smiley berkembang semakin masif tanpa mempedulikan hak kepemilikan atas kekayaan intelektual. Ia menjadi instrumen pendukung kemasan produk-produk pabrikasi, barang-barang pecah belah, ide-ide kebebasan dan hedonisme anti perang, menjadi simbol jejak yang ditinggalkan oleh geng pembunuh berantai yang menghabisi  empat puluh jiwa di New York City, digunakan oleh kaum hippie dalam perlawanan budaya, menjadi backdrobe panggung konser band punk Dead Kennedys, dilambangkan sebagai wajah milisi ultra-sayap kanan, dipakai sebagai narasi perwujudan humanisme, hingga dicetak sebagai perangko, pada akhirnya Smiley dikakui sebagai bagian dari sejarah kultur pop yang melewati pergelutan berbagai kepentingan hak penciptaanya di dunia nyata dan di dunia maya digital.

Nirvana menjadi salah satu yang mencoba melecehkan itu dengan memutilasi Smiley sebagai logo yang pada akhirnya melekat pada band ini, tidak sebagai Smiley Face melainkan sebagai Drunken Face hasil rancangan Kurt Cobain di kaos bertitel “Corporate Rock Whores”.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar