Rabu, 01 Agustus 2012

Satu Hari di Bogota

























Bogotá, 2600 metros más cerca de las estrellas,
Bogotá, 2600 meter lebih dekat ke bintang-bintang


1
Gerimis dengan cepat menjadi hujan lebat. Membasahi merah Transmilenio ini yang berjalan pelan menembus Avenida Caracas. Juli di penghujung musim. Lajur di hadapanku cukup banyak menyisakan seat kosong. Hanya duduk beberapa pria perlente dengan jas yang setengah basah. Beberapa tahun yang lalu sangat mungkin mereka menyimpan revolver dalam tas yang mereka jinjing dalam rangka perang antar kartel. Menebar ancaman dan ketakutan akan kematian. Tapi sekarang mungkin bukan jamannya lagi kekerasan mereka gunakan. Lagipula kalaupun memang terjadi saat ini,  keluarga kriminal Los Zetas dan  Pablo Escobar-pun tak dapat menghentikan perempuan bingung sepertiku, yang gamang berada  diantara jiwa sadis dan masokis.  

Juan berdiri di antara deretan penumpang. Di luar, langit mendung menumpahkan hujan seperti anak kecil yang sesegukan oleh petir dan kilat. Musim harus berganti musim. Seseorang yang tampaknya musisi duduk disampingnya berjuang melawan kantuk. Mata Juan terpaku pada sosok bidadari yang mengingatkan dirinya pada bintang Korea, Yoon Eun Hye. Juan memang tipe penyuka televisi. Hampir sebagian waktu luangnya habis untuk menonton berita, film dokumenter dan hal-hal tak penting lainnya. Dia rela dibohongi. Membiarkan kelicikannya tumpul. Dan kini dia harus menatap gadis yang begitu cantik. Wajahnya bulat telur, bermata hitam seperti telaga, dengan kulit yang putih halus. Tubuhnya begitu sempurna. Juan mulai berfantasi membayangkan harta karun yang tersimpan di balik blus sang perempuan. Perempuan itu menoleh kearahnya, segera Juan menatap keluar jendela  untuk menghindari kontak mata sedapatnya.


2
Air langit mulai mereda. Enggan berlama-lama untuk tidak lekas hengkang. Menyisakan rintik-rintik yang membasahi taman-taman indah yang kami lalui. Taman yang mengingatkanku padamu. Mengingatkan bahwa misi perjalanan ini hanya satu, bukan sebagai pelancong, bukan sebagai penimba ilmu atau pemburu peso, tapi cuma satu: membunuhmu. Waktuku hanya tersisa sedikit jam sejak tenggat yang kusangsikan sendiri. Enam  jam menjelang usia 25 tahun. Dan aku bosan hidup dalam pelarian. Kini aku berbalik memburumu.


3
Ingatkah kau pertemuan kita yang terakhir di taman Simon Bolivar yang berkerudung rindu? Kala itu hangat matahari senja pancaroba menyirami tubuh kita berdua yang dijelang perpisahan. Titik-titik keringat halus tampak di atas bibirmu. Kau katakan betapa kau sangat mencintaiku. Dan kujawab semua dengan keraguan aku pada keabsahan hubungan kita yang membuatku terusir dari moralitas keluarga. Yang membuat kita terus berlari melintasi puluhan waktu dan ribuan jarak. Hanya demi menghindari airmata egois orang tua dan keluarga. Berulang kali mereka kutuk hubungan kita. Berulang kali pula kita tantang pandangan mereka tentang hubungan ini yang mereka haramkan. Bahwa ketidaklaziman bukanlah sebuah penyimpangan. Tapi entahlah, begitu banyak keraguan kini hinggap di jiwaku yang bebas. Kegelisahan akan perpisahan yang misterius seperti halnya dirimu. Keragu-raguan adalah awal dari keterpurukan sebuah hubungan. Maka harus kuakhiri pertemuan yang tanpa janji itu. Disini, tepat di pinggir perbatasan El Solitre. Namun cintamu menjadi kemarahan berujung dendam. Kau pandang wajahku lekat-lekat dengan seribu wajah kebencian. Seperti wajah para demonstran imigran Irlandia yang berhadapan dengan deportasi otoritas Paris. Kau katakan bahwa tidak ada hal lain saat itu yang ingin kau lakukan selain membunuhku. Tapi kau menolak sewaktu kupersilakan melakukannya dengan leluasa. Kau hanya memintaku untuk menemuinya di ulang tahunku yang ke-25, di halaman Capitolio, gedung berpilar besar yang membatasi Plaza Bolivar dengan kediaman Presiden Kolombia. Dengan satu niat tentu saja, mengakhiri hidupku, perempuan yang telah empat tahun lamanya menemanimu mandi air hangat di malam hari, yang rela kau dandani sesuai keinginanmu, perempuan yang siap bercumbu kapanpun kau mau. 


(Potongan novel Satu Hari di Bogota, Badai Al-Fatan)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar