Kamis, 02 Agustus 2012

Ego dan Alter Ego




Saya baru saja membaca ulang sebuah novel karya Sidney Sheldon yang berjudul "Tell Me Your Dreams". Novel tersebut berkisah hampir sama dengan kisah dalam film "Fight Club" yang diperankan oleh Edward Norton dan Brad Pitt. Masih ingat film ini? Betul sekali. Film keren dan cerdas ini mengangkat kisah dua kepribadian yang terangkum dalam satu tubuh. Tokoh sekaligus narator tak bernama yang diperankan oleh Norton, mengenal Tyler Durden sebagai seorang teman tanpa Ia sadari bahwa Durden merupakan bagian dari dirinya. Dalam dunia nyata, hal yang serupa dengan apa yang dialami tokoh dalam film di atas dinamai gangguan kepribadian ganda atau multiple personality disorder, lalu demi alasan kenyamanan belakangan diberi nama gangguan identitas disosiatif atau dissociative identity disorder.

Diberi nama "gangguan" karena memang pada umumnya para pengidapnya merasa terganggu dengan adanya kepribadian lain atau alter ego yang merebut kendali perilaku dalam dirinya. Dalam kasus film di atas, "pemilik asli tubuh"  tidak menyadari bahwa alter ego  tersebut adalah bagian dari dirinya, meskipun kepribadian yang lain menyadari hal itu. Dalam kasus-kasus kepribadian ganda, tidak selamanya ego mengenal alter ego sebagai teman khayalan, teman nyata atau orang-orang lain, tapi terdapat banyak kasus yangmana si ego tidak menyadari bahwa dirinya telah dikuasai oleh alter ego-alter ego itu.

Sangat mungkin kepribadian ganda sudah ada sejak zaman manusia baru mengenal peradaban. Disinyalir di masa itu para pengidapnya dikaitkan dengan orang yang kerasukan roh-roh halus. Sayangnya tidak ada pencatatan-pencatatan untuk membuktikan hal ini. Lalu di tahun 1815, kasus serupa gangguan kepribadian ganda terdiagnosa pada Mary Reynolds sebagai kasus pertama kali yang tercatat di Amerika. Tidak ada yang berani menyimpulkan hal apa yang menimpa Mary Reynolds sampai pada akhirnya kasus Sybil Isabel Dorset mencuat di tahun 1973.

Sybil Isabel Dorset yang bernama asli Shirley Ardell Mason di diagnosa mempunya banyak kepribadian. Bermula dari kegelisahannya terhadap beberapa kejadian hariannya yang tidak Ia ingat sama sekali, maka Sybil berinisiatif mengunjungi Dr. Cornelia B. Wilbur, seorang psikiater di kotanya. Hasil diagnosa Wilbur, mengungkap bahwa Sybil memiliki enam belas kepribadian yang berbeda watak, nama, usia dan jenis kelamin. 

Masing-masing alter ego saling berhubungan dan menjaga satu sama lain bahkan saling berbagi peran dengan kemampuan yang berbeda-beda. Alter ego yang pandai secara ekonomi akan berperan  mengatur sistem keuangan Sybil, alter ego yang pandai berkomunikasi akan ada ketika dirinya berhadapan dengan orang-orang lain. Tiap-tiap alter memiliki karakter yang juga berbeda. Seperti alter ego bernama Sid Vicious yang mewakili karakter dalam dirinya yang bengal, atau karakter ibu kandung Sybil yang perannya untuk menjaga kerukunan semua kepribadian yang ada. Dalam kasus-kasus serupa, terdapat alter ego-alter ego yang berbeda ras, agama, jenis kelamin, dan gaya bicara. Bagaimana mungkin belasan bahkan ratusan kepribadian berkumpul dalam satu tubuh?

Analisis beberapa ahli mentalis menyatakan bahwa pemicu utama kepribadian ganda ini adalah trauma mental pada saat si pengidap berusia kanak-kanak. Usia pra remaja merupakan masa yang sangat berpotensi untuk itu, mengingat pada usia ini mental manusia cenderung rapuh. Sederhananya begini, ketika seorang anak kecil mengalami kekerasan baik fisik ataupun mental, menjadi "diri" orang lain adalah satu-satunya jalan untuk berlindung dari kejaran traumatis. Ia akan memecah kepribadiannya dan memilih pribadi atau lain termasuk menciptakan tokoh yang ideal. Semakin sering kekerasan-kekerasan lain terjadi, semakin banyak koleksi identitas ia miliki. Tentu saja akan ada alter ego yang bersifat baik untuk mewakili rasa takut dan kesedihan, serta ada alter ego jahat yang mewakili dendam dan rasa ingin berontak. Sebuah penghalang memori kemudian dibangun antara anak itu dengan identitas baru yang telah diciptakan. Dalam beberapa waktu ia akan melupakan peristiwa-peristiwa menyakitkan yang pernah ia alami sekaligus melupakan pribadi yang pernah ia ciptakan. Lalu adakalanya menjelang dewasa, pengalaman-pengalama buruk di masa lalu itu terulang dalam memori yang tidak terkunci rapat di otak si pengidap dan mengambil alih tubuh dalam seketika, atau dalam bahasa kejiwaan diberi istilah switching. 

Sumber masalah berikutnya adalah ketika kepribadian utama tanpa sengaja lebih mengasah dendam dalam alter ego yang bersifat jahat. Seperti yang dialami oleh William Stanley Milligan atas Billy Milligan, yang didakwa tidak bersalah atas kasus perkosaan yang terbukti "Ia" lakukan terhadap tiga perempuan di Ohio, Amerika Serikat, karena berdasarkan penyidikan ternyata Billy memiliki 24 kepribadian. Ia menjadi orang pertama yang lolos dari jeratan hukum karena gangguan yang diidapnya. 

Tidak berbeda jauh dengan Billy Milligan yang mengalami kekerasan masa kecil berupa pelecehan seksual yang dilakukan oleh ayah tirinya, semasa kecil Sybil mengalami perlakuan kasar dan penyiksaan yang dilakukan oleh ibunya sehingga mendorongnya menciptakan pribadi-pribadi yang "diharapkan" oleh sang ibu.

Perdebatan terjadi antar para mentalis pada saat itu yang meragukan hasil diagnosa Dr. Cornelia B. Wilbur terhadap Sybil yang dianggap terlalu mengada-ada. Meski begitu ada hal-hal yang tidak bisa disangkal oleh para ahli tersebut, yakni dimana masing-masing kepribadian yang ada, memiliki keahlian masing-masing yang justru tidak bisa dilakukan oleh si pribadi utama. Semisal beberapa kepribadian Sybil yang pandai bermain piano, melukis dan berbahasa asing, walau pada kenyataannya Ia sama sekali belum pernah mempelajarinya. Ini pula yang pada akhirnya menjadi tiket kebebasan bagi Billy Milligan dan "diri-dirinya" yang lain setelah berhasil melewati serangkaian uji kebohongan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar