Tubuhnya terbaring kering di ranah nasib. Sosialitanya berjejaring
liar di angkasa. Matanya sudah lama lupa cara mengindra, hidungnya
sudah bingung bau membaui, dan lidahnya sulit membedakan rasa-rasa.
Hitam legam pundak laki-laki itu terbakar jaman yang tidak
mendekatkannya pada setiap pertemanan. Ia terlalu bersemangat memang.
Pengandaian untuk mereka yang memenuhi hajat mendasar manusia-manusia.
Dikejauhan
sayup-sayup terputar nyanyian-nyanyian trotoar yang mengering. Seperti
itukah suara kota? Gerak-gerik etalase yang menggiurkan memajang hasrat
yang menipu. Ia menengadah menatap langit. Hanya sekedar memastikan
bahwa biru masih ada dan menyisakan kemungkinan-kemungkinan. Ia
mengambil posisi duduk sebisanya di sebuah koridor pemberangkatan..
Matanya sedikit terpejam sayup. Ia teringat hamparan rindang
janji-janji yang tertebar di bawah pepohonan kelapa sawit atau yang
diterima kawan-kawannya yang berdiri kokoh delapan jam lebih di antara
mesin-mesin, Bahkan teringat pada janji manis kota-kota yang pekat. Ia
mulai merapal dan menangkapi ingatan-ingatan yang terkoyak, lalu
merangkainya menjadi sebuah daftar kompilasi perjanjian dirinya dengan
gelap dan terang yang bosan menantinya menentukan sebuah keputusan;
Membawa pulang harta karun yang tergeletak di antara dinding-dinding dingin modernitas.
Membangun sebuah rumah ramah murah bersama yang memiliki banyak ruang untuk membiarkan masuknya angin-angin kebebasan.
Membawa
hidupnya terbang kedalam kehampaan otoritas kerajaan langit. serta
merta merayakan kemenangan realitas, mengutuki keberlakuan dosa yang
utuh.
Berlayar kesudut-sudut benua berantah, memunguti serakan efek perjalanan yang terburai cerai.
Mendiami dan memahami arus aktivisme yang kacau, balau...
… … …
Perutnya
memuai oleh akrobatik prasangka. Dingin merayapi tengkorak belakangnya.
Ketika ia menutup bab dengan air mata tanda menyerah, malam sudah
semakin dalam. Di hamparan aspal yang menuai rintihan kekalahan,
denotasi ekonomi tetap berdiri tegap dengan kemeriahan dekorasi yang
semakin masif menebar janji-janji.
...menyapa seorang kamrad lama di jejaring sosial dunia maya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar