
Pasca lulus sekolah menengah atas pada tahun
1989, bersama teman-teman Efvhan membentuk teater Graha 176 dan lalu
berlatih bersama di kawasan pabrik Pupuk Sriwijaya. Ia mengambil peran
mengaransemen musik-musik pementasan teater dan menulis naskah. Usia
muda Efvhan yang menggelora menjadikannya semakin aktif. Tahun 1990, ia
berkesempatan melakukan pentas seni perannya yang pertama pada naskah
berjudul “Perjalanan” karya Febri Al Lintani. Tak lama, naskahnya
“Yang Terlupakan” dipentaskan di studio TVRI Palembang. Masih di tahun
yang sama, dengan biaya sendiri, Efvhan mengikuti pelatihan seni
pertunjukan di Yogyakarta. Empat bulan lamanya ia mengasah pengalaman
di Yogyakarta. Sekembali dari kota gudeg, Efvhan berhasil melewati
ujian untuk masuk ke perguruan tinggi negeri Universitas Sriwijaya.
Bersama teman-teman di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan jurusan
Bahasa Indonesia, Efvhan membentuk Teater GABI, sebuah sikronim dari
Gabungan Anak Bahasa Indonesia. Kelompok ini sendiri mulanya merupakan
sebuah program studi mata kuliah, namun kelak pada tahun 2003 berganti
menjadi unit kegiatan mahasiswa dan berubah nama menjadi UKM GABI’91.
Aktivitasnya
di kelompok teater kampus tidak menghalanginya untuk berkiprah di luar
kampus. Tahun 1992, Ia menjadi salah seorang penggagas terbentuknya
Teater Gaung, yang merupakan afiliasi dari Teater Graha 176 dan Teater
Bingung, yang eksis hingga hari ini.
“Inspirasi bisa
didapat dari mana saja,” tutur pendaki gunung yang juga salah seorang
pelopor komunitas pecinta alam K-9 Team ini, saat ditanya perihal
ide-ide bagi penulisan naskahnya. “Menjadi pelaku seni dituntut untuk
cerdas dalam menganalisa kondisi sosial sekitar, mempelajari kehidupan,
fenomena alam, karena inilah esensi sumber inspirasi, mengutip
perkataan Putu Wijaya ‘Jangan menunggu ide, tapi ciptakan.’” Dan ini
terbukti, tatkala naskah dramanya, “Atas Nama Bawah” diapresiasi pegiat
teater dari luar kota Palembang. Naskah yang bercerita tentang kegilaan
yang tersimpan dalam diri setiap manusia tanpa pengakuan dari
manusia-manusia tersebut, dipentaskan di stasiun Televisi Yogyakarta
pada tahun 1995. Tidak hanya itu, Efvhan setidaknya telah melahirkan
dua antologi pusi; “Sketsa Musi” pada tahun 1996, yang merupakan
kolaborasi dengan tiga penyair lokal lain, Jupril, Purhendi, dan
Warman, serta antologi yang kedua merupakan proyek solonya, “Maka
Dengan Ini…”
Tahun 2005, Efvhan berkesempatan mengikuti
ajang bergengsi dunia sastra, Mastera, sinonim dari Majelis Sastra Asia
Tenggara. Dan atas dedikasinya di dunia seni dan teater pada khususnya,
pada 14 Desember 2010 lalu, Dewan Kesenian Sumatera Selatan memberikan
anugerah seni dengan tajuk Anugerah Batanghari Sembilan kategori teater
pada Efvhan yang hingga kini menjabat sekretaris di Dewan Kesenian
Palembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar