Rabu, 01 Agustus 2012

Efvhan Fajrullah: Sang Elang Yang Terluka


Tidak pernah Ia niatkan sejak awal untuk menjadikan dunia seni bagian dari hidupnya. Namun tentu tak pernah disangkanya pula, bahwa ketertarikannya pada bidang olahraga atletik dan sepak bola ternyata membawanya ke dalam petualangan seni pertunjukan lebih dari yang pernah Ia sangka-sangka sebelumnya.. Bernama lengkap Efvhan Fajrullah, pria berambut sebahu ini kali pertama mengenal alat musik harmonika saat masih duduk di bangku sekolah menengah pertama tahun 1984. Sang ayah yang gemar bermain musik di rumah bersama teman-temannya, mengusik keingintahuan Efvhan untuk mencoba memainkan harmonika dan gitar. Intuisi seninya bertambah tak berapa lama saat ia—dan teman-teman satu kelas, tertarik dengan pola guru yang mengajarkan Bahasa Indonesia. Minatnya pada sastra mulai tumbuh. Ia mulai menulis puisi-pusi remaja dan membaca karya penyair-penyair besar Indonesia. Kesukaannya pada sastra seiring dengan kegemarannya bermain sepak bola. Ia sempat berlatih bersama tim Suratin, dan Stadion Bumi Sriwijaya menjadi tempat yang kerap Ia kunjungi. Tempatnya berlatih tak jauh dari Taman Budaya—yang kelak menjadi kawasan mal di kota Palembang, berlatih pula sekelompok pemuda yang tergabung dalam Teater Kembara. Aktivitas latihan kelompok teater ini berhasil mencuri perhatian dan ketertarikan Efvhan.

Pasca lulus sekolah menengah atas pada tahun 1989, bersama teman-teman Efvhan membentuk teater Graha 176 dan lalu berlatih bersama di kawasan pabrik Pupuk Sriwijaya. Ia mengambil peran mengaransemen musik-musik pementasan teater dan menulis naskah. Usia muda Efvhan yang menggelora menjadikannya semakin aktif. Tahun 1990, ia berkesempatan melakukan pentas seni perannya yang pertama pada naskah berjudul “Perjalanan”  karya Febri Al Lintani. Tak lama, naskahnya “Yang Terlupakan” dipentaskan di studio TVRI Palembang. Masih di tahun yang sama, dengan biaya sendiri, Efvhan mengikuti pelatihan seni pertunjukan di Yogyakarta. Empat bulan lamanya ia mengasah pengalaman di Yogyakarta. Sekembali dari kota gudeg, Efvhan berhasil melewati ujian untuk masuk ke perguruan tinggi negeri Universitas Sriwijaya. Bersama teman-teman di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan jurusan Bahasa Indonesia, Efvhan membentuk Teater GABI, sebuah sikronim dari Gabungan Anak Bahasa Indonesia. Kelompok ini sendiri mulanya merupakan sebuah program studi mata kuliah, namun kelak pada tahun 2003 berganti menjadi unit kegiatan mahasiswa dan berubah nama menjadi UKM GABI’91.

Aktivitasnya di kelompok teater kampus tidak menghalanginya untuk berkiprah di luar kampus. Tahun 1992, Ia menjadi salah seorang penggagas terbentuknya Teater Gaung, yang merupakan afiliasi dari Teater Graha 176 dan Teater Bingung, yang eksis hingga hari ini.

“Inspirasi bisa didapat dari mana saja,” tutur pendaki gunung yang juga salah seorang pelopor komunitas pecinta alam K-9 Team ini, saat ditanya perihal ide-ide bagi penulisan naskahnya. “Menjadi pelaku seni dituntut untuk cerdas dalam menganalisa kondisi sosial sekitar, mempelajari kehidupan, fenomena alam, karena inilah esensi sumber inspirasi, mengutip perkataan Putu Wijaya ‘Jangan menunggu ide, tapi ciptakan.’” Dan ini terbukti, tatkala naskah dramanya, “Atas Nama Bawah” diapresiasi pegiat teater dari luar kota Palembang. Naskah yang bercerita tentang kegilaan yang tersimpan dalam diri setiap manusia tanpa pengakuan dari manusia-manusia tersebut, dipentaskan di stasiun Televisi Yogyakarta pada tahun 1995. Tidak hanya itu, Efvhan setidaknya telah melahirkan dua antologi pusi; “Sketsa Musi” pada tahun 1996, yang merupakan kolaborasi dengan tiga penyair lokal lain, Jupril, Purhendi, dan Warman, serta antologi yang kedua merupakan proyek solonya, “Maka Dengan Ini…”

Tahun 2005, Efvhan berkesempatan mengikuti ajang bergengsi dunia sastra, Mastera, sinonim dari Majelis Sastra Asia Tenggara. Dan atas dedikasinya di dunia seni dan teater pada khususnya, pada 14 Desember 2010 lalu, Dewan Kesenian Sumatera Selatan memberikan anugerah seni dengan tajuk Anugerah Batanghari Sembilan kategori teater pada Efvhan yang hingga kini menjabat sekretaris di Dewan Kesenian Palembang.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar