Rabu, 01 Agustus 2012

Mengembara Waktu Bersama Mgs. A. Helmi

Meski mulai suka bernyanyi sejak sekolah dasar, bisa dibilang paman dari pria yang akrab disapa Iir Stoned ini berjasa besar dalam perkenalannya dengan alat musik petik gitar. Kala itu, Ia yang mulai beranjak remaja menaruh minat yang besar pada alat musik satu ini. Keintimannya dengan gitar berlanjut. Termasuk pula dengan instrumen harmonika yang mulai Ia pelajari. Iir sempat kursus dengan seorang teman yang merupakan seorang guru musik saat itu walau tak lama. Katakanlah, setelah itu Ia mengasah sendiri kemampuannya.

Awal 80-an, Iir mencoba-coba menyalurkan minatnya bermusik sambil menyambangi beberapa rumah makan sepanjang Jalan Sudirman hingga Jalan Veteran. Ia mengemas apik kemampuannya untuk menghibur para pengunjung yang hendak bersantap. Perjalanan panjangnya menyusuri satu demi satu rumah makan sambil menyandang gitar ini kian mematangkan pengalamannya. Disini ia bertemu banyak orang, termasuk perjumpaannya dengan Filuz Mursalin. Debu jalanan mereka arungi bersama. Dan disinilah kisah itu bermula.

Keakraban dengan Filuz Mursalin menghantarkannya pada gerbang dunia teater. Meski mulanya merasa asing, penggemar Gombloh dan Iwan Fals ini cepat beradaptasi dengan dunia barunya. Ia mengkombinasikan kemahirannya memainkan alat musik dengan dunia peran. Tahun 1987, Iir sempat berperan dalam sebuah acara sandiwara di studio TVRI Palembang. Secara spesifik Ia lebih memilih ilustrasi teater. Dan ini membuahkan hasil. Salah satu prestasinya, pada tahun 1988 Iir menyabet juara pertama sebagai penata musik dalam festival teater se-Sumatera Selatan yang diadakan di kota Lubuk Linggau.

Relasi Iir dengan Filuz Mursalin kian terjalin. Walaupun kini mereka berbeda kelompok musik, persahabatan keduanya teraplikasi dengan saling memberi kontribusi berupa saran dan masukan. Mereka kerap mendiskusikan karya masing-masing, termasuk urusan penggarapan album. Tahun 2009, Iir mendapat anugerah refleksi seni dari Dewan Kesenian Sumatera Selatan.

Setidaknya, pada 2011 ini, tiga album telah dilahirkan oleh Iir Stoned. Album pertama berupa musikalisasi puisi karya M. Iqbal Permana bertitel Siberian Flight, kisah sekumpulan burung bangau yang bermigrasi dari Mongolia ke Taman Nasional Sungai Sembilang, Kecamatan Sungsang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Pesan dalam puisi ini tentang bagaimana seringkali kita abai terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar kita, termasuk pola migrasi ribuan burung dari negeri seberang ke taman yang mulai terlupakan ini.

Album kedua Iir, Rumah Petani, juga merupakan musikalisasi dari puisi milik Polong, yang berpesan moral tentang desa-desa yang ditinggalkan oleh penghuninya saat paceklik tiba, untuk menuju pertarungan melawan kemajuan kota. Di album ketiga, Iir mengemas lima lagu karyanya dalam kelakar atau guyonan sehari-hari dalam bahasa Palembang yang kental. Lagu pamungkas dalam album ini bernama sama dengan nama albumnya, “Berejo,” serta “Banyak Rasan,” “Jadi Pikiran,” “ Songket,” dan “Abah Ebok (Berentilah Dugem).” Walaupun dikemas dengan pola gurauan, lagu-lagu dalam album ini memiliki filosofinya masing-masing.

Niat Iir yang juga merupakan Ketua Komite Musik di Dewan Kesenian Kota Palembang ini dalam bermusik sederhana, “Saya ingin memasukkan pesan-pesan ke dalam lagu-lagu ciptaan saya, sama halnya dengan apa yang telah dilakukan oleh beberapa pemusik seperti Iwan Fals dan Franky Sahilatua.”

Harapan baik Iir ini juga dilakukannya bersama Orkestra Rejung Pesirah, sebuah wadah beberapa pemusik yang mengkolaborasikan musik-musik tradisional Sumatera Selatan dengan musik bernuansa modern. Ini mereka lakukan demi melestarikan musik Batanghari Sembilan di kalangan kaum muda, termasuk melalui sumbangan album Iir yang bernapaskan religi Pesung Pesirah, berisi tiga materi lagu; “Sahabat,” “Fisabilillah,” dan “Zikir.”  Iir menjadi salah seorang seniman yang mendapat kehormatan dari Dewan Kesenian Sumatera Selatan untuk mendapat anugerah seni dengan tajuk Anugerah Batanghari Sembilan untuk kategori musik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar