"Pencerahan tidak datang dengan sendirinya....Cari tahu!"
Sebagian dari kita mungkin tidak hidup di masa kepopuleran Nirvana.
Terdiri dari Kurt Cobain yang berperan sebagai vokalis sekaligus
gitaris, Krist Novoselic sebagai pemain bass, dan Drave Grohl pada
perannya sebagai pemain drum. Nirvana membuat dunia terkesima dengan
daya ledak luar biasa dari karya-karya sederhana yang dirasa mampu
menghapus bosan generasi muda pada rotasi dunia musik yang itu-itu
saja. Mencari informasi tentang Nirvana di saat dunia telah berada di
puncak informasi seperti sekarang ini tidaklah rumit. Hanya saja
merangkumnya berdasarkan beberapa sumber—yang beberapa diantaranya
saling berkontradiksi—dalam kemasan yang menarik, bukan pula sebuah
perkara gampang. Hal ini yang ingin dilakukan oleh Utopia—sebuah wacana
infohouse yang coba merealisasikan mimpi-mimpinya melalui beberapa
event benefit, termasuk dengan menjual zine ini yang dipaket dengan
event bertajuk sama dengan nama zine-nya.
Zine setebal
140 halaman serta dicetak hitam putih ini, diisi oleh banyak
kontributor dan dikemas dengan tata letak yang sederhana dan berkesan
minimalis serta dipadan dengan gaya penulisan yang cukup personal. Ini
tentu bukan barang baru di dunia media alternatif yang berkembang pesat
di Indonesia dan Palembang pada khususnya belakangan ini. Berhubung
saya seorang penyuka baca yang cukup teliti, maka kualitas estetik zine
ini menarik minat saya. Walau tetap ada beberapa kekeliruan dalam tanda
baca, tetap membuat saya terkagum untuk sebuah media informasi yang
dilakukan swadaya secara kolektif. Beberapa hal yang coba saya maklumi
adalah pemilihan kata-kata atau kalimat terjemahan yang sedikit rancu
dengan versi Inggrisnya di beberapa artikel. Karena memang benar, hal
yang cukup sulit adalah mencari padanan pengganti yang tepat untuk
beberapa istilah dalam bahasa Inggris. Pada akhirnya, saya mendapat
informasi lebih tentang Nirvana setelah membaca zine yang mencoba
menembus paradigma kultur pop ini.
Informasi yang
disuguhkan oleh zine ini dibagi dalam beberapa konten bernama unik.
Konten Nistoria, berupaya mengurai Nirvana secara singkat dari formasi
band hingga anggota-anggotanya. Artikel pertama berjudul “Smells Like
Nirvana, merupakan kontribusi dari Farid Amriansyah, yang mengangkat
cerita Nirvana sejak mula hingga nyawa band ini berakhir. Artikel
berikutnya merupakan biografi singkat Kurt Cobain bersama Nirvana
dengan judul “Don’t Expect Me to Die,” lalu “Si Jangkung yang Anti
Perang,” mengisahkan secara singkat aktivitas Krist Novoselic saat
bersama Nirvana, lalu “Si Anak Bawang yang Menggenggam Peledak,” kisah
pendek perkenalan dan perpisahan Dave Grohl dengan Nirvana, yang
ditulis oleh Didya Ada Belatiqita. Salah satu yang menjadi penguat
konten ini adalah cover stories beberapa album dan video
Nirvana. Kita akan melihat kejadian-kejadian dibalik pembuatan
album-album tersebut yang acap terlewatkan. Merupakan sumbangan dari
Ardyan M. Erlangga, Badaii Al-Fatan, Yudaa Mahardika, Aditya Pratama,
dan Abdul Rohim Latada. Yang tak terlepas dari konten ini yaitu figur
orang-orang yang pernah dekat dengan Nirvana.
Konten berikutnya, Distorsia, berupa info-info rilisan yang berkenaan dengan Nirvana, entah itu album studio mereka, kompilasi, single, video dan juga literasi-literasi mengenai Nirvana.
Veminsiter,
konten yang coba mengangkat beberapa perempuan yang bergeliat dalam
scene, termasuk wawancara dengan Kasrinapuri Daniella, perempuan yang
aktif di scene hard-core punk kota Palembang. Ada pula Lisa Orth,
seorang desainer perempuan asal Seattle yang telah menggarap beberapa
sampul album band. Ada juga Kathleen Hanna, penggagas dan aktivis Riot
Grrrl, sebuah gerakan perempuan yang berakar di Olympia. Kemudian Tobi
Vail, yang bersama Kathleen Hanna menjadi anggota band Bikini Kill,
aktivis Riot Grrrl dan mantan kekasih Kurt Cobain yang menjadi
inspirasi beberapa hits terkenal Nirvana, seperti Smells Like Teen
Spirit.
Memorabelia, konten yang berupa catatan-catatan
pengalaman personal beberapa individu dari berbagai macam latar
belakang. Mereka mengisahkan pengalaman-pengalaman pahit dan manis
perkenalannya dengan Nirvana. Ditulis oleh beberapa kontributor seperti
Cheppy Aditya, Addy Gembel, Ridwan Aritomo, Cheppy Aditya, Josiah
Hogan, Deddy Rizalno, Ariana Prestes, Kesit Agung Wijanarko, R.R Umam,
Dewa Made Karang Mahardika, Angga Jauh dan Iam Akbarsyah.
Otopsi,
berisi pendapat personal tentang kisah dibalik beberapa lirik Nirvana;
Tourettes, In Bloom, Pennyroyal Tea, Polly, Rape Me, dan Territorial
Pissings.
Humania, konten ini berisi artikel berjudul
“Gelombang Besar Grunge”, berupa pandangan Yoyon Sukaryono terhadap
perkembangan grunge Indonesia. Lalu ada konten Skandal Konsumer, memuat
artikel berjudul “Smells Like Teen Sneakers: Kurt Cobain, Converse, dan
Komodifikasi.” Artikel ini berdasarkan pengkomodifikasian yang menimpa
Kurt Cobain pasca kematiannya. Halaman berikutnya merupakan artikel
yang membahas tentang Charles Peterson, seorang fotografer yang
mengikuti tour band-band asal Seattle termasuk Nirvana, dan foto hitam
putih, yang ditulis oleh Abud Pahalmas
Kontroversi,
konten ini berisi dua artikel, yang pertama berjudul “Smiley Face:
Merajut Dunia Dalam Senyum dan Perseteruan,” memaparkan sejarah dan
perkembangan smiley face beserta konflik-konflik yang terjadi sepanjang
perjalanannya. Lalu yang kedua berjudul “Siapa Menanam Kontradiksi,
Akan Menuai Kontroversi,” menyajikan kontroversi seputar kematian Kurt
Cobain dari berbagai analisa yang saling berkontradiksi. Judul kedua
turut menampilkan dua pendapat berbeda dari Jenggo Max Saputra dan
Donny Martalia.
Ada dua interview dalam zine ini, yang
pertama interview bersama Mitta seorang anggota dari Institut-A
Jakarta, yang dilakukan oleh Yudhistira Wardhana, memberikan pengalaman
dan kiat-kiat dalam pendirian sebuah info-house. Yang kedua berjudul
“Dari Nevermind Menuju Nevergrind,” sebuah wawancara oleh Efesen dengan
Riandy Kurniawan, artworker yang menggarap sampul album milik band
Rajasinga.
Di konten Bikin Sendiri, ada sebuah tutorial
pembuatan gambar smiley face kaos dengan metode stencil sablon,
termasuk bonus gambar yang siap di-cutting. Disambung dengan
komik karya Dedi, dan konten Prosagonis yang merupakan halaman prosa,
lalu Kotak Aksara, teka-teki silang dengan pertanyaan-pertanyaan
seputar isi zine dan Nirvana.
Diaritopia, konten berupa
catatan event-event Menggapai Utopia yang telah terealisasi; Explossion
Expression, Menggapai Utopia I, dan Smells Like Youth Spirit part I.
Lalu berikutnya adalah konten Manifestart, sebuah ilustrasi dari
artworker Efesen yang didedikasikan bagi album Nirvana, In Utero,
beserta filosofi dari karya tersebut. Yang disambung dengan konten
Galeria, berupa karya-karya ilustrasi, fotografi dan kolase, baik oleh
Kurt Cobain, Frances Bean—Puteri Kurt Cobain, dan beberapa kontributor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar