Akhir 80-an hingga pertengahan 90-an menjadi masa kejayaan musik
alternative bagi Olympia dan Seattle yang hanya berkelang jarak 80
kilometer. Lusinan band-band keren lahir di dua kota itu di masa yang
sama. Termasuk band-band dari kalangan perempuan. Sebut saja 7 Year
Bitch, Brat Mobile, Excuse 17, Sassy Lime, The Frumpies, Fifth Column,
Heavens To Beatsy, L7, Bikini Kill, Calamity Jane, Huggy Bear,
Adickdid, Emily's Sassy Lime, The Butchies, Sleater-Kinney, Bangs dan
termasuk band queercore seperti Team Dresch.
Kekerasan seksual yang seringkali menimpa kalangan perempuan di mosh pits,
mendapat perhatian khusus dari kalangan scenester perempuan. Termasuk
oleh Riot Grrrl yang tercetus di era ini di Olympia, Washington oleh
beberapa perempuan dari scene hardcore/punk yang juga merupakan para
editor zine. Dimulai dengan isu-isu ringan seputar seksisme dalam
scene, lalu Riot Grrrl berkembang menjadi lebih radikal. Di waktu yang
sama, feminisme saat itu hanya menjadi isu di kalangan akademisi dengan
bahasa yang rumit dan membentuk batasan-batasan informasi. Riot Grrrl
datang tidak hanya membakar batas-batas itu, tapi lebih dari itu, ia
menyusup ke dalam keseharian perempuan muda. Ia berhasil menjangkau
dengan bahasa yang mudah dipahami. Ia lantas diidolakan. Menjadi
semacam panutan bagi kaum perempuan khususnya generasi muda. Para
kritisi melihat Riot Grrrl tidak saja sebagai gelombang baru feminisme
yang membawa semangat baru termasuk kritik terhadap fashion dan
mitologi diet, ia menjadi gerakan yang membawa seni sebagai media
perlawanan terhadap segala bentuk dominasi dan otoritas.
Meski
tidak segegap di awal kelahirannya yang sempat terselubung oleh ledakan
Nirvana yang memalingkan perhatian publik darinya, gerakan ini masih
bertahan hingga hari ini. Riot Grrrl yang berada diluar klaim
kepemilikan bermitosis tanpa pernah tercatat berapa banyak jumlah dan
metode yang mereka gunakan. Mereka menebarkan semangat feminisme hingga
kehadapan layar monitor komputermu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar