Everyone must need
Everyone must buy...
Dia mengetik tulisan ini untuk disampaikan secara tenang pada mereka
yang dirinya meraba-raba mencoba menerka rupa pasar, mereka yang lebih
mudah untuk ditebak daripada menebak langkah strategi pemasaran. Karena
perlu mereka tahu, bahwa pasar sebegitu tergesa-gesanya meninggalkan
satu sama lain hingga nyaris tak berjejak selain selongsong jiwa-jiwa
yang terhisap. Dan begitu mata terbuka di pagi mulai menjelma, dunia
kembali berganti wujud dengan bauran pemasaran terbaru, terpadu, dan
tren kekinian.
Dia mengetik dengan tenang agar mereka
tidak gamang menyadari, tidak pula dia tulis dengan lemah agar mereka
tidak pasrah menghadapi ujian di kala hujan memaksa membeli sebuah
ponco di gerai-gerai yang merangsek masuk ke pemukiman, melibas seperti
air bah dari perbukitan produksi, mengepung massa dengan kebutuhan
rekaan yang mendesak.
Dia membangun sebuah persepsi yang
sedikit berbau ancaman usang, agar kelak sejengkal tanah warisan di
samping rumahnya menghentikan dua kubu minimarket yang berseteru dengan
diskon, diantara warnet-warnet yang saling bersitegang dengan tarif dan
kecepatan akses data, sehingga distro-distro mulai ditinggalkan
pelanggannya yang mulai giat menyablon sendiri kaosnya. Warna-warni
piracy.
Dia mengetik tanda koma untuk jeda sebentar,
ketika barang-barang rakitan industri rumahan negeri tetangga menyerbu
tanpa ampun. Piracy yang mengindustri. Penduplikasian yang menghisap.
Maka meniru gambar, lagu, dan kreasi kini berkolaborasi dengan hukum.
Menjungkirbalikkan fakta-fakta keberpihakan hak atas kekayaan
intelektual.
Dia menyimpan berkas tulisan ini dengan
kehati-hatian untuk menghindari kecerobohan yang senantiasa mengintip
dari otak kirinya. Sebuah konser digelar hari ini. Dia menuju lemari
yang diberinya nama Lemari Identitas. Segala yang berbeda sudah dia
persiapkan sejak tadi malam: kaos lusuh dan kemeja flannel bermotif
kotak-kotak besar, jins biru tua yang memudar dan penuh serabut-serabut
sobekan, sneakers bajakan. Menghadap cermin, dia biarkan rambutnya tak
tertata, dan merekayasa wajah supaya sedikit keras. Dia bikin beler
suaranya dengan beberapa teguk Wild Turkey sisa minggu lalu. Pokoknya
rocker, penuh pesona khas pemberontakan jiwa muda perkotaan--para
penentang arus.
Berita baiknya: konser memang betul-betul
ramai seperti harapannya. Dan berita buruknya: semua orang adalah
rocker, semua orang bergairah muda, semua orang adalah penulis, semua
orang adalah arus. Mereka memakai kaos yang sama dengannya, celana yang
mirip, dan sepatu bajakan. Celaka…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar