Selasa, 31 Juli 2012

Opera Artis Rame-Ramean

Everyone must see
Everyone must need
Everyone must buy...

Dia mengetik tulisan ini untuk disampaikan secara tenang pada mereka yang dirinya meraba-raba mencoba menerka rupa pasar, mereka yang lebih mudah untuk ditebak daripada menebak langkah strategi pemasaran. Karena perlu mereka tahu, bahwa pasar sebegitu tergesa-gesanya meninggalkan satu sama lain hingga nyaris tak berjejak selain selongsong jiwa-jiwa yang terhisap. Dan begitu mata terbuka di pagi mulai menjelma, dunia kembali berganti wujud dengan bauran pemasaran terbaru, terpadu, dan tren kekinian.

Dia mengetik dengan tenang agar mereka tidak gamang menyadari, tidak pula dia tulis dengan lemah agar mereka tidak pasrah menghadapi ujian di kala hujan memaksa membeli sebuah ponco di gerai-gerai yang merangsek masuk ke pemukiman, melibas seperti air bah dari perbukitan produksi, mengepung massa dengan kebutuhan rekaan yang mendesak.

Dia membangun sebuah persepsi yang sedikit berbau ancaman usang, agar kelak sejengkal tanah warisan di samping rumahnya menghentikan dua kubu minimarket yang berseteru dengan diskon, diantara warnet-warnet yang saling bersitegang dengan tarif dan kecepatan akses data, sehingga distro-distro mulai ditinggalkan pelanggannya yang mulai giat menyablon sendiri kaosnya. Warna-warni piracy.

Dia mengetik tanda koma untuk jeda sebentar, ketika barang-barang rakitan industri rumahan negeri tetangga menyerbu tanpa ampun. Piracy yang mengindustri. Penduplikasian yang menghisap. Maka meniru gambar, lagu, dan kreasi kini berkolaborasi dengan hukum. Menjungkirbalikkan fakta-fakta keberpihakan hak atas kekayaan intelektual.

Dia menyimpan berkas tulisan ini dengan kehati-hatian untuk menghindari kecerobohan yang senantiasa mengintip dari otak kirinya. Sebuah konser digelar hari ini. Dia menuju lemari yang diberinya nama Lemari Identitas. Segala yang berbeda sudah dia persiapkan sejak tadi malam: kaos lusuh dan kemeja flannel  bermotif kotak-kotak besar, jins biru tua yang memudar dan penuh serabut-serabut sobekan, sneakers bajakan. Menghadap cermin, dia biarkan rambutnya tak tertata, dan merekayasa wajah supaya sedikit keras. Dia bikin beler suaranya dengan beberapa teguk Wild Turkey sisa minggu lalu. Pokoknya rocker, penuh pesona khas pemberontakan jiwa muda perkotaan--para penentang arus.

Berita baiknya: konser memang betul-betul ramai seperti harapannya. Dan berita buruknya: semua orang adalah rocker, semua orang bergairah muda, semua orang adalah penulis, semua orang adalah arus. Mereka memakai kaos yang sama dengannya, celana yang mirip, dan sepatu bajakan. Celaka…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar