Didedikasikan bagi para petani Ogan Ilir -Sumsel,
Donggala-Sulteng, dan korban yang berjatuhan di seantero Indonesia
dalam memperjuangkan hidupnya melawan tirani agraria.
"Kekerasan adalah satu-satunya cara untuk menjawab kekerasan."--Gudrun Ensslin
 |
Aksi dalam "Der Baader Meinhof Complex", film yang menceritakan sepak terjang RAF.
Hari itu, 11 Mei 1972 silam, tiga bom pipa yang tertanam dimuka
gedung kantor pusat perusahaan dari konglomerat IG Farben, yang menjadi
markas Korps V barak milik Amerika Serikat di Frankfurt Jerman, meledak
nyaris bersamaan. Seorang perwira Angkatan Darat Amerika Serikat
bernama Paul A. Bloomquist, yang kala itu bertugas pada program
rehabilitasi obat untuk tentara, ditemukan tewas di tempat kejadian.
Dalam sebuah komunike, sebuah geng yang mengatasnamakan "Petra Schelm
Commando," menyatakan bertanggung jawab atas peledakan yang membuat
gedung hancur berantakan dan turut menciderai 13 orang lainnya itu demi
tuntutan diakhirinya perang Vietnam dan pertambangan di Amerika Utara.
Tak
berselang lama, esok harinya 12 Mei 1972, dua bom pipa meledak tengah
hari di tempat yang berbeda. Pertama berupa bom pipa rakitan yang
melukai lima orang polisi di Augsburg Police department. Lalu kedua,
bom mobil yang melantakkan enam puluh mobil di sebuah parkiran Kota
Munich. Tidak ada korban tewas dari kedua ledakan. Sebuah geng yang
menyebut diri mereka "Tommy Weissbecker Commando", mengklaim
bertanggung jawab sepenuhnya atas kedua kejadian itu. |
 |
Markas Korps V di Frankfurt Jerman yang diledakkan geng Baader 11 Mei 1972 |
Beberapa kejadian di atas merupakan serangkaian aksi teror yang
dilakukan oleh Baader-Meinhof, yang di kemudian hari juga dikenal
dengan nama RAF, Rote Armee Fraktion atau Red Army Faction (Fraksi
Tentara Merah). Dalam setiap aksi, mereka menamakannya dengan titel
berbeda; "The Manfred GrashofCommando”,"Commando Fifteenth July”, atau “The 2 July Commando“ dan nama-nama asing lainnya. Inilah taktik gerilya kota berkonsep sel
partisipatoris yang diterapkan oleh kalangan revolusioner Jerman yang
kala itu terinspirasi oleh salah satu induk pedomannya, Carlos
Marighella, seorang pejuang marxis asal Brazil, yang dalam sebuah
bukunya berjudul Minimanual of the Urban Guerrilla (1969)
berkata: “Gerilya kota harus mengikuti tujuan politik, dan hanya
menyerang pemerintah, bisnis besar, dan imperialis asing”. Mereka
mendapat banyak ilmu dari 'sang mentor' yang mengadopsi gerilya desa
Che Guevara menjadi gerilya kota, tentang pelatihan senjata ringan,
trik sabotase, pemilihan tempat persembunyian, langkah pengambilalihan,
serta cara memperoleh dukungan substansial di antara penduduk perkotaan.
***
Semua bermula dari kemarahan seorang anggota partai komunis dan
jurnalis berhaluan kiri, Ulrike Meinhoff atas sikap kalangan pers sayap
kanan yang mendeskreditkan gelombang demonstrasi radikal mahasiswa,
sebagai muara dari protes terhadap pembunuhan salah seorang aktivis
mahasiswa oleh fasis fanatik Jerman Barat. Di sela kemarahannya
tersebut, pada 2 April 1968, seorang berandalan bernama Andreas Baader
berlibat bersama kekasihnya, seorang mahasiswi filsafat Gudrun Ensslin
dalam meledakkan pusat perbelanjaan Kaufhaus Schneider di pusat kota
Frankfurt. Meski tak melukai seorangpun, dua hari kemudian Baader,
Ensslin dan dua temannya, Horst Söhnlein dan Thorwald Proll ditangkap
atas serangan yang mereka daku sebagai balasan atas pembantaian Amerika
Serikat terhadap Vietnam. Mereka divonis tiga tahun penjara namun
dibebaskan sementara di bawah amnesti khusus bagi tahanan politik.
 |
Andreas Baader dan Gudrun Ensslin di sela persidangan. |
Ketika pengadilan hendak melimpahkan kembali mereka ke ruang
tahanan, pada November 1969 Baader, Ensslin, dan Thorwald Proll mangkir
dan berhasil melarikan diri, bersembunyi berpindah tempat, ke Swiss,
Perancis dan Italia. Namun Baader yang ternyata belum beruntung kembali
tertangkap satu bulan kemudian di sebuah razia lalu lintas.
Ensslin
tak tahan melihat kekasihnya berada dalam tahanan. Skenario pelarian
Baader Ia rancang dengan meminta bantuan Meinhoff selaku wartawati yang
hendak mewawancara Baader. Udara kebebasan rupanya selalu berpihak pada
Baader. Upaya itu berhasil setelah melumpuhkan dua penjaga bersenjata.
Keterlibatan Ulrike Meinhoff lebih dalam pada grup dimulai disini.
Pasca
aksi penglolosan Baader dari penjara, Meinhoff belajar ilmu militer dan
mengasah mental militansinya dalam sebuah kamp pelatihan militan kiri
Fatah di Yordania selama beberapa waktu, untuk lantas kembali ke Jerman
Barat. Lalu pada tahun 1970, Ulrike Meinhof mengeluarkan manifesto yang
untuk kali pertama menyertakan nama RAF, lengkap dengan logo bintang
merah dan senapan mesin Heckler & Koch MP5. Meinhof mengikrarkan
berdirinya RAF.
Gerilya Kota dan Sel Terorisme
RAF
dibentuk salah satunya dengan tujuan untuk saling melengkapi sejumlah
besar kelompok revolusioner dan radikal di Eropa khususnya Jerman
Barat. Mereka salah sekian dari gerakan-gerakan serupa di Jerman di
masa yang sama. Sebutlah grup anarkis Second Of June Movement alias
Movement 2 June yang terkenal akan aksi pemboman dan termasuk aksi
tersohor penculikan walikota Jerman Barat Peter Lorenz; lalu ada
Revolutionary Cells alias Revolutionäre Zellen (RZ), geng pembajak
pesawat perpaduan elemen kiri radikal, anti patriarki, dan anti zionis,
yang bertanggung jawab atas serangkaian pemboman terhadap pelbagai
infrastruktur antek Israel; dan terakhir adalah Rote Zora alias Red
Zora, kelompok feminis militan yang melakukan serangkaian pemboman pada
toko-toko perlengkapan seks, termasuk peledakan di luar kantor Asosiasi
Dokter Jerman sebagai bentuk protes pada undang-undang aborsi serta
serangan-serangan lain terhadap kantor-kantor korporat.
 |
Personil RAF, tak semengerikan yang kau kira.
Mereka memiliki prinsip yang sama dalam metode aksi yang mereka
lakukan, yakni berbasis sel. Taktik ini cukup menyulitkan pihak
otoritas untuk melakukan penggrebekan markas unit-unit gerakan yang
selalu berpindah atau menelisik lebih dalam para pemeran di balik aksi
ini. Seringkali otoritas terkait mendapati ikon-ikon fiktif. Pola
ikonitas yang sama ini juga yang lantas diciptakan oleh otoritas terhadap Baader
dan Meinhof sebagai pimpinan RAF, meski dalam RAF sendiri tidak
didapati sistem kepemimpinan serupa yang disebutkan oleh otoritas
melalui media-media massa plus dengan RAF yang digambarkan sebagai
gerombolan psikopat dengan kekejaman-kekejaman yang dikupas tuntas,
demi kebencian publik padanya dan gerakan-gerakan serupa.
Gerilya
kota yang dilakukan oleh RAF, yang mereka sebut sebagai "perjuangan
anti imperialis", sebagian besar didanai dari hasil perampokan pada
sejumlah bank. Satu persatu kantor-kantor pemerintahan dan kepolisian,
serta markas militer dan sentra bisnis menjadi target pemboman. Sekian
pejabat penting, politisi, aparat hukum, bankir dan pengusaha diculik,
disandera dan beberapa diantaranya tewas terbunuh.
Lagi-lagi
upaya mereka untuk menginspirasi banyak orang tentang makna
pemberontakan harus beradu kuat dengan moralitas yang dibangun oleh
otoritas. Alih-alih memicu gerakan-gerakan serupa, rakyat Jerman yang
mulanya memberikan dukungan dan simpati pada aksi-aksi mereka, akhirnya
harus berbanding terbalik dengan apa yang menjadi mimpi RAF. Hegemoni
mengalahkan segalanya.
Juni 1972, setelah melalui
perburuan panjang, pihak kepolisian berhasil menangkap hidup-hidup
generasi pertama RAF; Andreas Baader, Gudrun Ensslin, Ulrike Meinhof,
Holger Meins, dan Jan-Carl Raspe.
Andreas Baader,
Jan-Carl Raspe dan Holger Meins ditangkap setelah terjadi tembak
menembak panjang di Frankfurt pada tanggal 1 Juni 1972. Seminggu
kemudian, Gudrun Ensslin ditangkap di sebuah butik pada tanggal 8 Juni
1972 di Hamburg setelah pemilik butik menghubungi pihak kepolisian
karena melihat pistol yang Ia sembunyikan di balik jaketnya. Ulrike
Meinhof ditangkap pada tanggal 14 Juni 1972 di apartemen yang Ia sewa
bersama pacarnya di Hannover, setelah sebelumnya sempat melakukan
perlawanan dengan perkelahian tangan kosong.
Mereka
dibuang ke dalam penjara berkeamanan tinggi Stammheim di Stuttgart,
lalu ditempatkan ke dalam sel isolasi yang pengap. Selama mereka
mendekam, generasi kedua RAF melakukan serangkaian penculikan dan
sabotase sebagai aksi balasan dan negosiasi atas pembebasan Baader cs.
Namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Kematian menjemput mereka
satu persatu.
Holger Meins tewas kelaparan pada 9
November 1974 oleh aksi mogok makan yang mereka lakukan terhadap sikap
otoritas penjara. Sebelum vonis dijatuhkan, tanggal 9 Mei 1976 Ulrike
Meinhof ditemukan tewas tergantung dalam selnya dengan lilitan handuk
di leher.
Sementara itu generasi kedua RAF terus
melakukan beberapa upaya untuk membebaskan rekan-rekannya dari penjara.
Mereka membajak sebuah pesawat sebagai pertaruhan. Upaya ini kembali
gagal setelah pesawat bajakan diserbu oleh unit anti-teroris Jerman.
Beberapa jam usai pembajakan yang tak berhasil, 18 Oktober 1977,
Andreas Baader dan Jan-Carl Raspe tewas dengan luka tembakan di kepala
di dalam sel mereka. Jan-Carl Raspe meninggal meski sempat dilarikan ke
rumah sakit. Di saat yang sama anggota RAF lain yang juga ditahan di
penjara yang sama, Irmgard Möller mencoba menusuk dadanya sendiri namun
selamat dari kematian. Lalu Gudrun Ensslin, mengikuti jejak Ulrike
Meinhof, menggantung diri hingga tewas.
Berdasar
pengakuan Irmgard Möller yang urung menjelang ajal, terungkap bahwa
kematian-kematian tersebut bukan aksi bunuh diri, melainkan pembunuhan
yang dilakukan oleh pemerintah Jerman. Bagaimanapun, mereka meninggal
pada tanggal di apa yang dikenang sebagai Stammheim Prison's Death
Night--Malam Kematian Penjara Stammheim.
|
 |
Andreas Baader, pemuda putus sekolah yang gemar mencuri mobil-mobil keren demi menjalankan misi perampokan RAF. |
 |
Ulrike Meinhof, jurnalis modis yang kritis, penggemar teori dan berani mati. |
 |
Gudrun Ensslin, kekasih Andreas Baader, penerap liberasi seksual. |
sangat keren
BalasHapus