Tidak saya temukan kejutan istimewa dari materi-materi
dalam album proyek laba berdurasi 53 menit 55 detik yang keseluruhnya
ditulis oleh Kurt Cobain ini. Lagu-lagu yang tersuguh mewakili
album-album mereka terdahulu. Minim variasi tempo dan lirik yang
stagnan, menghilangkan greget dari serangkaian live yang terkesan tak
membutuhkan pengakuan lebih ini, seperti yang diketahui oleh segenap
khalayak pecintanya: tentulah bukan Nirvana bila tidak bereksperimen
dengan solo feedback dan noisy effect. Satu-satunya
yang menyelamatkannya adalah kejujuran yang melekat kuat pada Nirvana
selama konsernya, tanpa mempedulikan bahwa pada akhirnya konser mereka
akan dirangkum lalu menuai kritik dan pujian.
Menjual
kembali band yang sudah mati tentulah bukan perkara gampang, bahkan
mereka yang berukuran besar seperti Nirvana. Besar yang merujuk pada
angka penggemar yang tak menyusut jumlahnya meski beberapa diantaranya
tidak hidup di masa keemasan Nirvana. Meski berhadapan dengan
perseteruannya dengan Courtney Love, janda si mendiang tentang bagi
membagi royalti, Krist Novoselic dan Dave Grohl mesti menyeleksi ketat
tujuh belas lagu, termasuk intro dan satu bonus track non rilis yang
layak masuk. Dari Amsterdam hingga Roma, dari Bleach hingga In Utero.
Maka perlu kutambahkan, bahwa From The Muddy Banks of The Wishkah
merupakan bentuk pengulangan atas rasa kehilangan besar pada duka yang
tak ada habisnya kepada sang legendaris, Kurt Cobain.
Album
ini dibuka dengan kebisingan pra-pertunjukan dan percakapan kecil Kurt
dan Krist Novoselic yang lebih mirip bisikan-bisikan, lalu disusul
lengkingan euforia panjang suara Kurt yang mengiris rasa kehilangan
bagi siapapun yang pernah mencintainya. Mengingatkan kita pada
kebisingan destruktif yang penuh dinamika emosional dan memancarkan
semangat hidup Nirvana. Dimulai dengan intronasi penghancuran moralitas
musikal tentang bagaimana kaidah etika harmonisasi sebuah lagu yang
baik, lalu diakhiri dengan kekacauan dan penghancuran properti konser,
album ini merekam perjalanan Nirvana dalam melampiaskan kekesalan
dengan kemarahan panjang yang kosong dan tak bermuara. Inikah yang
dimaksud dengan pertarungan melawan seni? Tentulah tidak serta merta
menghancurkan institusi seni dan lambang-lambang kebesarannya, tapi
lebih pada penghancuran identitasnya sendiri. Dan itu semua dimulai
dengan kegeraman individual.yang tampak remeh dan tidak penting, namun
menyimpan bom waktu didalamnya. Karena memang benar filosofi usang yang
mengatakan bahwa sebuah insureksi bermula dari sebuah kemarahan,
senihil apapun itu.

Meski versi live ini sebelumnya beredar dalam bentuk CD yang
beberapa diantaranya cukup mengecewakan yang disebabkan beberapa track
rekaman konser pada CD live tersebut terpotong bahkan ada yang tidak
disertakan. Seperti CD bertitel “Love Buzz” dibawah label Round
Records, “Porch Song” dibawah label Bugsy Records, “Nirvana-Amsterdam
1991” dibawah label Stentor, atau “Europan Tour 1991” dibawah label
Prime Cuts, Recording Industry Association of America menganugerahi
sertifikasi platinum pada album yang, pada Januari 1997 berhasil
terjual hingga 1,2 juta kopi di seantero Amerika saja. Nirvana terbukti
masih bergigi tajam dalam industri musik. Kesuksesan The Muddy Banks Of
The Wishkah menambah satu lagi senyum kemenangan yang diraih oleh David
Geffen dari pertaruhan mengerikan: menjual kematian sebuah band yang
semasa hidupnya tertatih-tatih melawan tuannya sendiri. David Geffen
dan kumpulan rahwana di luar sana tentu lupa, bahwa ini bukan
pertempuran yang menentukan siapa pemenang dan siapa yang menjadi
pecundang. Lebih dari itu, ini adalah perang yang baru saja bermula!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar