Kamis, 02 Agustus 2012

Andreas Baader dan Para Bidadari Besi


Didedikasikan bagi para petani Ogan Ilir -Sumsel, Donggala-Sulteng, dan korban yang berjatuhan di seantero Indonesia dalam memperjuangkan hidupnya melawan tirani agraria.

"Kekerasan adalah satu-satunya cara untuk menjawab kekerasan."--Gudrun Ensslin


Aksi dalam "Der Baader Meinhof Complex", film yang menceritakan sepak terjang RAF.


Hari itu, 11 Mei 1972 silam, tiga bom pipa yang tertanam dimuka gedung kantor pusat perusahaan dari konglomerat IG Farben, yang menjadi markas Korps V barak milik Amerika Serikat di Frankfurt Jerman, meledak nyaris bersamaan. Seorang perwira Angkatan Darat Amerika Serikat bernama Paul A. Bloomquist, yang kala itu bertugas pada program rehabilitasi obat untuk tentara, ditemukan tewas di tempat kejadian. Dalam sebuah komunike, sebuah geng yang mengatasnamakan "Petra Schelm Commando," menyatakan bertanggung jawab atas peledakan yang membuat gedung hancur berantakan dan turut menciderai 13 orang lainnya itu demi tuntutan diakhirinya perang Vietnam dan pertambangan di Amerika Utara. 

Tak berselang lama, esok harinya 12 Mei 1972, dua bom pipa meledak tengah hari di tempat yang berbeda. Pertama berupa bom pipa rakitan yang melukai lima orang polisi di Augsburg Police department. Lalu kedua, bom mobil yang melantakkan enam puluh mobil di sebuah parkiran Kota Munich. Tidak ada korban tewas dari kedua ledakan. Sebuah geng yang menyebut diri mereka "Tommy Weissbecker Commando", mengklaim bertanggung jawab sepenuhnya atas kedua kejadian itu.


Markas Korps V di Frankfurt Jerman yang diledakkan geng Baader 11 Mei 1972
Beberapa kejadian di atas merupakan serangkaian aksi teror yang dilakukan oleh Baader-Meinhof, yang di kemudian hari juga dikenal dengan nama RAF, Rote Armee Fraktion atau Red Army Faction (Fraksi Tentara Merah). Dalam setiap aksi, mereka menamakannya dengan titel berbeda; "The Manfred GrashofCommando”,"Commando Fifteenth July”, atau “The 2 July Commando“ dan nama-nama asing lainnya. Inilah taktik gerilya kota berkonsep sel partisipatoris yang diterapkan oleh kalangan revolusioner Jerman yang kala itu terinspirasi oleh salah satu induk pedomannya, Carlos Marighella, seorang pejuang marxis asal Brazil, yang dalam sebuah bukunya berjudul Minimanual of the Urban Guerrilla (1969) berkata: “Gerilya kota harus mengikuti tujuan politik, dan hanya menyerang pemerintah, bisnis besar, dan imperialis asing”. Mereka mendapat banyak ilmu dari 'sang mentor' yang mengadopsi gerilya desa Che Guevara menjadi gerilya kota, tentang pelatihan senjata ringan, trik sabotase, pemilihan tempat persembunyian, langkah pengambilalihan, serta cara memperoleh dukungan substansial di antara penduduk perkotaan.


                                                                              ***


Semua bermula dari kemarahan seorang anggota partai komunis dan jurnalis berhaluan kiri, Ulrike Meinhoff atas sikap kalangan pers sayap kanan yang mendeskreditkan gelombang demonstrasi radikal mahasiswa, sebagai muara dari protes terhadap pembunuhan salah seorang aktivis mahasiswa oleh fasis fanatik Jerman Barat. Di sela kemarahannya tersebut, pada 2 April 1968, seorang berandalan bernama Andreas Baader berlibat bersama kekasihnya, seorang mahasiswi filsafat Gudrun Ensslin dalam meledakkan pusat perbelanjaan Kaufhaus Schneider di pusat kota Frankfurt. Meski tak melukai seorangpun, dua hari kemudian Baader, Ensslin dan  dua temannya, Horst Söhnlein dan Thorwald Proll ditangkap atas serangan yang mereka daku sebagai balasan atas pembantaian Amerika Serikat terhadap Vietnam. Mereka divonis tiga tahun penjara namun dibebaskan sementara di bawah amnesti khusus bagi tahanan politik.

Andreas Baader dan Gudrun Ensslin di sela persidangan.
Ketika pengadilan hendak melimpahkan kembali mereka ke ruang tahanan, pada November 1969 Baader, Ensslin, dan Thorwald Proll mangkir dan berhasil melarikan diri, bersembunyi berpindah tempat, ke Swiss, Perancis dan Italia. Namun Baader yang ternyata belum beruntung kembali tertangkap satu bulan kemudian di sebuah razia lalu lintas.

Ensslin tak tahan melihat kekasihnya berada dalam tahanan. Skenario pelarian Baader Ia rancang dengan meminta bantuan Meinhoff selaku wartawati yang hendak mewawancara Baader. Udara kebebasan rupanya selalu berpihak pada Baader. Upaya itu berhasil setelah melumpuhkan dua penjaga bersenjata. Keterlibatan Ulrike Meinhoff lebih dalam pada grup dimulai disini.

Pasca aksi penglolosan Baader dari penjara, Meinhoff belajar ilmu militer dan mengasah mental militansinya dalam sebuah kamp pelatihan militan kiri Fatah di Yordania selama beberapa waktu, untuk lantas kembali ke Jerman Barat. Lalu pada tahun 1970, Ulrike Meinhof mengeluarkan manifesto yang untuk kali pertama menyertakan nama RAF, lengkap dengan logo bintang merah dan senapan mesin Heckler & Koch MP5. Meinhof mengikrarkan berdirinya RAF.

Gerilya Kota dan Sel Terorisme

RAF dibentuk salah satunya dengan tujuan untuk saling melengkapi sejumlah besar kelompok revolusioner dan radikal di Eropa khususnya Jerman Barat. Mereka salah sekian dari gerakan-gerakan serupa di Jerman di masa yang sama. Sebutlah grup anarkis Second Of June Movement alias Movement 2 June yang terkenal akan aksi pemboman dan termasuk aksi tersohor penculikan walikota Jerman Barat Peter Lorenz; lalu ada Revolutionary Cells alias Revolutionäre Zellen (RZ), geng pembajak pesawat perpaduan elemen kiri radikal, anti patriarki, dan anti zionis, yang bertanggung jawab atas serangkaian pemboman terhadap pelbagai infrastruktur antek Israel; dan terakhir adalah Rote Zora alias Red Zora, kelompok feminis militan yang melakukan serangkaian pemboman pada toko-toko perlengkapan seks, termasuk peledakan di luar kantor Asosiasi Dokter Jerman sebagai bentuk protes pada undang-undang aborsi serta serangan-serangan lain terhadap kantor-kantor korporat.

Personil RAF, tak semengerikan yang kau kira.

Mereka memiliki prinsip yang sama dalam metode aksi yang mereka lakukan, yakni berbasis sel. Taktik ini cukup menyulitkan pihak otoritas untuk melakukan penggrebekan markas unit-unit gerakan yang selalu berpindah atau menelisik lebih dalam para pemeran di balik aksi ini. Seringkali otoritas terkait mendapati ikon-ikon fiktif. Pola ikonitas yang sama ini juga yang lantas diciptakan oleh otoritas terhadap Baader dan Meinhof sebagai pimpinan RAF, meski dalam RAF sendiri tidak didapati sistem kepemimpinan serupa yang disebutkan oleh otoritas melalui media-media massa plus dengan RAF yang digambarkan sebagai gerombolan psikopat dengan kekejaman-kekejaman yang dikupas tuntas, demi kebencian publik padanya dan gerakan-gerakan serupa.

Gerilya kota yang dilakukan oleh RAF, yang mereka sebut sebagai "perjuangan anti imperialis", sebagian besar didanai dari hasil perampokan pada sejumlah bank. Satu persatu kantor-kantor pemerintahan dan kepolisian, serta markas militer dan sentra bisnis menjadi target pemboman. Sekian pejabat penting, politisi, aparat hukum, bankir dan pengusaha diculik, disandera dan beberapa diantaranya tewas terbunuh.

Lagi-lagi upaya mereka untuk menginspirasi banyak orang tentang makna pemberontakan harus beradu kuat dengan moralitas yang dibangun oleh otoritas. Alih-alih memicu gerakan-gerakan serupa, rakyat Jerman yang mulanya memberikan dukungan dan simpati pada aksi-aksi mereka, akhirnya harus berbanding terbalik dengan apa yang menjadi mimpi RAF. Hegemoni mengalahkan segalanya.

Juni 1972, setelah melalui perburuan panjang, pihak kepolisian berhasil menangkap hidup-hidup generasi pertama RAF; Andreas Baader, Gudrun Ensslin, Ulrike Meinhof, Holger Meins, dan Jan-Carl Raspe. 

Andreas Baader, Jan-Carl Raspe dan Holger Meins ditangkap setelah terjadi tembak menembak panjang di Frankfurt pada tanggal 1 Juni 1972. Seminggu kemudian, Gudrun Ensslin ditangkap di sebuah butik pada tanggal 8 Juni 1972 di Hamburg setelah pemilik butik menghubungi pihak kepolisian karena melihat pistol yang Ia sembunyikan di balik jaketnya. Ulrike Meinhof ditangkap pada tanggal 14 Juni 1972 di apartemen yang Ia sewa bersama pacarnya di Hannover, setelah sebelumnya sempat melakukan perlawanan dengan perkelahian tangan kosong.

Mereka dibuang ke dalam penjara berkeamanan tinggi Stammheim di Stuttgart, lalu ditempatkan ke dalam sel isolasi yang pengap. Selama mereka mendekam, generasi kedua RAF melakukan serangkaian penculikan dan sabotase sebagai aksi balasan dan negosiasi atas pembebasan Baader cs. Namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Kematian menjemput mereka satu persatu.

Holger Meins tewas kelaparan pada 9 November 1974 oleh aksi mogok makan yang mereka lakukan terhadap sikap otoritas penjara. Sebelum vonis dijatuhkan, tanggal 9 Mei 1976 Ulrike Meinhof ditemukan tewas tergantung dalam selnya dengan lilitan handuk di leher.

Sementara itu generasi kedua RAF terus melakukan beberapa upaya untuk membebaskan rekan-rekannya dari penjara. Mereka membajak sebuah pesawat sebagai pertaruhan. Upaya ini kembali gagal setelah pesawat bajakan diserbu oleh unit anti-teroris Jerman. Beberapa jam usai pembajakan yang tak berhasil, 18 Oktober 1977, Andreas Baader dan Jan-Carl Raspe tewas dengan luka tembakan di kepala di dalam sel mereka. Jan-Carl Raspe meninggal meski sempat dilarikan ke rumah sakit. Di saat yang sama anggota RAF lain yang juga ditahan di penjara yang sama, Irmgard Möller mencoba menusuk dadanya sendiri namun selamat dari kematian. Lalu Gudrun Ensslin, mengikuti jejak Ulrike Meinhof, menggantung diri hingga tewas. 

Berdasar pengakuan Irmgard Möller yang urung menjelang ajal, terungkap bahwa kematian-kematian tersebut bukan aksi bunuh diri, melainkan pembunuhan yang dilakukan oleh pemerintah Jerman. Bagaimanapun, mereka meninggal pada tanggal  di apa yang dikenang sebagai Stammheim Prison's Death Night--Malam Kematian Penjara Stammheim.

Andreas Baader, pemuda putus sekolah yang gemar mencuri mobil-mobil keren demi menjalankan misi perampokan RAF.
Ulrike Meinhof, jurnalis modis yang kritis, penggemar teori dan berani mati.

















 

Gudrun Ensslin, kekasih Andreas Baader, penerap liberasi seksual.


1 komentar: