Selasa, 02 Oktober 2012

Rajam Filantropis Bermuka Dua






Mungkin hidup adalah toples, dan setiap jengkal tanah adalah pagar.
Udara hanya bersisa napas bagi televisi, belanja, dan etalase bercadar.
Setiap ruang terpasang kekang tanpa warna-warni latar.
Dan disitulah kau isi kejayaan letakkan kami pada altar.

Kau bangun kota moralis homogen berpalang.
Merebutnya dari para pesawah dan peladang.
Dengan semantik etika kalian berdiri dimuka menyambang,
menjadi juru selamat bagi pemiskinan global yang kalian rancang.

Kau siapkan barisan manekin bersenjata untuk menabur luka,
mendisiplin semua yang teradiksi mesin dan gir berkalang.
Maka kau siapkan noda, dosa dan jeruji bagi kami para penabur bara,
ketika secara kasat gerbang terdepanmu kami bikin tumbang.


Catatan
Di balik kran kepalsuan moral sebuah kepemimpinan yang mengucurkan air demi kesuburan hutan larangan bernama kota.


Agar Kalian Tahu, Bahwa Kami Sekeras Batu





Amarah kami terlanjur mengakar melampaui insureksi kultural yang kalian ramal.
Bagi kalian perancang zaman, kami adalah pelakon sederet pitam.
Untuk sekotak komoditi yang kalian anggap sesakral Dajjal,
kami tidak tersudut sebagaimana kalian ingin kami bubar dan diam.

Kami anak haram persilangan kultur, komoditas dan insureksi.
Yang menyanggah norma-norma, yang meludahi institusi.
Kami para pembenci polisi, tentara, dan tak percaya kotak suara.
Yang merangkai nada dan sastra anti korporasi, anti negara.


Catatan
Punk berdiri di atas beribu kamus, ribuan definisi. Tak perlu repot-repot menerjemahkannya -- karena selain tak perlu pengistilahan, lagi-lagi pemenang tafsir tersebut siapa lagi kalau bukan arus utama yang mencoba menggiring punk ke dalam ranah populer. Toh tanpa pendefinisian, punk menjadi lebih tak terduga.


Kau Jual, Kami Beli





Garda promosimu kami jawab dengan pena terhunus. 
Idemu kami tiru dan tebarkan segratis air yang terbawa arus.
Kami hadapi tantangan televisi dengan rajaman sajak.
Bersiaplah dengan derita atas produkmu yang kami bajak.

                             Respon atas doktrin domestikasi tai babi,
                             Kau jual, kami beli!

Kau pasok energi khalayak dengan ilusi buatan yang membuat buta.
Balasan yang setimpal adalah: propaganda laba dibayar kata.
Kau si pengendali mimpi, penopang-penopang pilar industri,
Dan kami yang tak bermoral, pengganggu kenyamanan peta konsumsi.

                             Respon atas doktrin domestikasi tai babi,
                             Kau jual, kami beli!


Catatan              
Promosi merupakan penyangga utama sebuah produk di pasaran. Dan televisi merupakan sebuah keajaiban dunia yang menjadi baris terdepan pemasaran paling berpeluang dalam menjaring calon konsumer melalui iklan. Dengan beginilah proses jual beli menjadi kian langgeng. Industri bukan cuma kisah tentang jual beli, dibaliknya tersimpan penghisapan dan perlawanan.


]

Esok, Tirani Tumbang



Dari tempatku berpijak, untukmu anakku janji ini kusemat.
Juga pada setiap kepala yang menyimpan bara dan kesumat,
untuk menaruh dendam pada tata dunia satu mata yang siap melumat,
dan para varian setan dengan etalase yang menjerat.

Mereka berkamuflase teramat hebat lewat samaran.
Tanpa sempat kau sadari bahwa mereka lebih gawat dari sebuah ancaman,
lebih menakutkan dari fasis ideologi yang menebar kengerian,
dalam rancangan kompetisi menuju hidup yang berisi sesampahan.

               Bagaimana kau bisa lepas dari ide dominan yang memenjara?
               Bagaimana kau dapat menjalani hidup tanpa gembala?
               Bagaimanapun, esok tirani harus tumbang...

Dari tempatku berpinak, untukmu sahabatku dendam ini kurancang,
hingga nama-nama kita tertulis di pusara yang terpancang,
untuk memecah pasung, merubuhkan semua batasan yang terpasang,
mengirim surat kematian kepada tirani yang tegak menantang.

               Bagaimana kau bisa lepas dari ide dominan yang memenjara?
               Bagaimana kau dapat menjalani hidup tanpa gembala?
               Bagaimanapun, esok tirani harus tumbang...


catatan

Ketika hari-hari berjalan tanpa lagi menyisakan waktu luang karena hidup yang dipaksa patuh oleh gerusan kenormalan, menjadi pasif adalah kemungkinan yang paling fatal. Kedisiplinan berpotensi mendarah daging. Dan itu berarti, ketertundukan menjadi sebuah budaya pengaminan khas peradaban manusia industri. Penaklukan ini yang diharap oleh penguasa modal demi kepanjangan silkus hidup modalnya, dengan menutupi bangkai yang mereka selisip dalam amplop gaji bulanan. Kita dijejalkan ke dalam rantai yang tak pernah putus dalam tahap produksi dan konsumsi: bekerja dan belanja. Tapi apa benar rantai ini sebegitu kekalnya sehingga tidak lagi menyisakan harapan bagi kita yang menolak hidupnya dibeli oleh industri?